watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Ibu diperkosa Anak Kandung

Namaku Tini, usia 49 tahun, saat ini aku tinggal di
kota Cirebon. Tetangga kiri kananku mengenalku
dengan sebutan bu Haji. Ya, di blok komplek
rumahku ini, hanya aku dan suami yang sudah
naik Haji. Suamiku sudah pensiun dari
Departemen Luar Negeri. Kini ia aktif berkegiatan
di masjid Al Baroq dekat rumah. Aku pun aktif
sebagai ketua pengajian di komplek rumahku ini.
Tetangga kami melihat keluargaku adalah keluarga
harmonis. Namun mereka bertanya-tanya,
mengapa anakku masih kecil, masih berusia satu
tahun, padahal aku sudah berusia hampir 50
tahun. Aku bilang saja, yah, maklum, rejeki
datang lagi pas usia saya senja begini, mau
diapakan lagi, tidak boleh kita tolak, harus kita
syukuri.
Sebenarnya aku punya anak lagi, anakku yang
sulung, laki-laki, dan saat ini mungkin ia sudah
berusia 26 tahun. Namanya Roni. Sebelum
kelahiran anakku yang masih bayi ini, Roni adalah
anak tunggal. Sampai akhirnya aku usir dia dari
rumah ini dua tahun yang lalu. Dan sampai detik
ini, suamiku, Beny, atau orang akrab memanggil
dia Pak Haji Beny atau Pak Ustad, ia belum tahu
alasan mengapa Roni meninggalkan rumah sejak
dua tahun yang lalu itu, jika suamiku bertanya
padaku, aku terpaksa berbohong, bilang tidak
tahu dan pura-pura kebingungan. Walaupun aku
tahu, karena akulah yang mengusir Roni dari
rumah tanpa sepengetahuan suamiku.
Cerita sedih ini berawal ketika Roni yang selama
15 tahun kami tinggalkan hidup dengan Neneknya
di Cirebon, akhirnya kumpul bersama dengan
kami layaknya keluarga. Bisa aku tinggalkan
selama 15 tahun karena aku dan suami harus
tinggal di Belanda. Saat aku dan suami ke Belanda,
Roni baru berusia delepan tahun, ibuku (nenek
Roni) tidak ingin jauh dari Roni, beliau mungkin
takut Roni akan terbawa arus kehidupan eropa
dan lupa adat indonesia. Jadilah Roni tinggal di
Cirebon bersama ibuku, lalu aku dan suami
tinggal di Eropa.
Lima belas tahun kemudian, aku dan suami
pulang ke tanah air, sebelum pulang aku dan
suami menyempatkan diri untuk naik haji. Setelah
pulang menunaikan haji, aku dan suami pulang
ke tanah air dan pergi ke Cirebon. Tak kusangka
anakku sudah besar, ya Roni telah berusia 23
tahun. Kami lihat ia tumbuh menjadi anak yang
sangat soleh, santun dan lemah lembut.
Aku sangat berterima kasih dengan ibu waktu itu,
telah membuat Roni tetap menjadi anak yang baik
dan rajin beribadah. Beberapa bulan setelah kami
berkumpul bersama, ibuku (nenek Roni)
meninggal. Kami sedih sekali waktu itu.Setelah itu
kami hidup sekeluarga bertiga.
Kehidupan keluarga kami sangat sakinah
mawadah dan rohmah. Aku bangga sekali punya
anak Roni. Ia rajin ke mesjid dan mengaji. Hal itu
membuat aku dan suami selalu merasa bahagia.
Seakan-akan kami awet muda rasanya.
Kebahagiaan ini juga mempengaruhi kemesraan
aku dan suami sebagai suami istri. Walaupun
kami sudah tua, tapi kami masih rutin melakukan
hubungan pasutri meski hanya satu minggu
sekali. Sampai suatu hari, suamiku mendapat
tugas dari untuk dinas selama tiga bulan di Qatar.
Suamiku mengajak kami berdua (aku dan Roni
anakku) namun Roni yang sudah kerasan tinggal
di Cirebon menolak ikut, akupun karena tidak mau
lagi jauh dengan anakku menolak ikut. Akhirnya
hanya suamiku sendiri saja yang pergi.
Hari-hari tanpa suamiku, hanya aku dan anakku
tinggal di rumah kami. Aku sibuk sebagai ketua
pengajian ibu-ibu dan memberikan ceramah
kecil-kecilan setiap ada arisan di komplek
rumahku ini. Roni aktif sebagai remaja masjid di
masji Baroq dekat rumah. Terkadang karena aku
sudah berusia hampir 50, aku mudah merasa
capek setelah berkegiatan.
Suatu siang aku merasa sangat capek, sehabis
pulang memberikan ceramah ibu-ibu di masjid.
Aku pun langsung tertidur. Saat aku tengah-
tengah enaknya merasa nyaman dengan
kasurku, aku seperti merasa ada sesuatu yang
membuat paha, pinggang dan daerah dadaku geli
dan gatal. Setengah sadar dan tidak sadar, aku
lihat Roni sedang berada di dekatku. Sambil
setengah ngantuk aku berkata, “Kenapa Ron?
Mama capek nih…”
“Ga, ma, Roni tahu, makanya Roni pijetin, udah
mama tidur aja”, balas Roni.
Aku senang mendengarnya, senang pula punya
anak yang tumbuh dewasa dan baik seperti Roni.
Oh terima kasih Tuhan.
Lama kelamaan, aku mengalami hari yang sangat
aneh, terutama setiap malam saat aku tidur. Aku
merasa, ada sesuatu yang menggelitik daerah
sensitifku, terutama daerah selangkanganku. Enak
sekali rasanya, oh apakah ini setengah mimpi
yang timbul akibat hasratku sebagai seorang istri
yang butuh kehangatan suami. Ya, aku yakin
karena aku ditinggal suami saat aku lagi merasa
kembali muda dan penuh gairah, makanya aku
sering sekali mimpi basah setiap malam. Mimpi
yang rasanya sadar tidak sadar, kenikmatannya
seperti nyata. Ya, aku menjadi senang tidur
malam, karena ingin cepat-cepat mimpi basah
lagi. Aku menduga ini adalah rejeki dari Tuhan,
agar gairahku sebagai istri tetap terjaga, dan
kebutuhan biologisku tetap tersalurkan walaupun
hanya diberi mimpi basah sama Tuhan. Oh…
nikmat sekali. Aku membayangkan suamiku,
Beny, yang berhubungan denganku, oh nikmat
sekali. Dan karena seringnya dikasih mimpi basah
oleh Tuhan, setiap pagi aku bangun aku merasa
kemaluanku selalu basah kuyup sampai celana
dalamku basah total. Yah, jadinya aku punya
kebiasaan baru selalu mandi wajib setiap pagi.
Yang aku takuntukan hanya satu, takut saat aku
mimpi basah, aku mengigau dan takut suara
mendesahku terdengar anakku Roni. Tapi saat
aku liat dari gelagatnya sehari-hari, nampaknya ia
tidak tahu.
Sampai tiga bulan lamanya, hampir tiap malam
aku selalu mimpi basah, aku jadi heran. Apa
penyebabnya dari nutrisi yang kumakan atau
kuminum sehari-hari ya? Hmm, mungkin saja.
Soalnya aku punya kebiasaan minum teh hijau
sebelum tidu. Kata dokterku itu baik untuk orang
setua aku, apalagi biar selalu sehat menjelang usia
setengah abad. Akhirnya aku coba meminum teh
hijau, saat pagi hari, malamnya kucoba tidak
minum.
Malam harinya, saat aku tidur, ditengah asyiknya
tidurku, dan gelapnya lampu kamarku. Aku
merasa perasaan mimpi basah mulai datang
kembali, yah, mmh, rasanya ada yang
menggelitik kemaluanku, sesuatu yang lembut,
oh, bergerak-gerak. Selangkanganku pun ikut
tergelitik hingga aku merasa ada sesuatu yang
membuat basah kemaluan dan selangkanganku.
Lalu berbarengan dengan rasa sensasi pada
daerah kemaluanku, sesuatu yang lebut bergerak-
gerak menyentuh buah dadaku, bergantian,
pertama yang kiri lalu yang kanan, kemudian..
Aw!.. Ada rasa hisapan yang lembut hangat
namun kuat pada puting buah dadaku yang
sebelah kanan. Oh enak sekali, terima kasih
Tuhan, jantungku mulai berdegup kencang, ini
rasanya seperi nyata, yah! Tiba-tiba aku merasa
tertindih oleh seuatu, hisapan kenikmatan juga
tidak berhenti. Lalu ada sesuatu yang menusuk
masuk ke liang kemaluanku saat itu aku setengah
sadar terbangun, dan aneh, rasa ini masih
kurasakan, setengah sadar aku jelas sekali
ternyata memang ada sesuatu yang menindihku,
sekilas aku masih membayangkan ini suamiku,
berikut terdengar dari sesuatu itu suara perlahan
yang serak, “ooohgh… Oogghh…”
Siapa ini?! Astaghfirullah!! Saat aku tersadar penuh
dan mataku terbelalak. Dalam keremangan
gelapnya kamar aku sadar bahwa seseorang telah
menindihku dan menyetubuhiku!! Lebih kaget lagi
saat aku mendengar suara seseorang yang
menindihku itu berkata, “Maaah… Ayo ma…
oughhgh… Uhhh… mamahhh…”
Langsung kudorong dia kuat-kuat!
“Roni!! Kurang ajar!!! ASTAGHFIRULLAAH!!”
Roni langsung berlari keluar kamar, aku pun
langsung mengejar sambil menangis penuh
amarah.
“Roni!!”, bentakku.
“Maafin Roni Ma! Roni ga tahan!”, Roni pun
menangis takut.
Aku tak kuasa bingung menghadapi perasaan ini,
antara kalut, marah, benci, jijik, sedih dan takut.
Hingga terucap kata-kata yang langsung keluar
dari muluntuku, “Keluar dari rumah ini!!! Kamu
bukan anak mama!!! Setan kamu! Binatang kamu
ya!”
Roni keluar rumah berlari. Aku duduk lemas
menangis. Jadi, selama tiga bulan ini, baru aku
sadari, mimpi basah itu bukan hanya sekedar
mimpi.
Semua mimpi itu nyata. Anakku!? Anakku sendiri
yang melakukan ini padaku?!!
Selama dua, tiga minggu aku tidak keluar rumah,
bahkan semenjak kejadian itu aku jatuh sakit.
Sampai saat itu aku masih tidak habis pikir dan
belum lupa kejadian itu, dalam benakku terbesit,
ya Tuhan, selama ini anakku telah menodai aku,
aku ibunya, selama ini anakku yang selalu rajin
beribadah ternyata adalah setan yang
mengumbar nafsunya pada tubuhku yang mulai
renta ini… Dosa apa hamba, ya Tuhan!?
Saat aku menerima sepucuk surat yang dikirim
oleh Roni, tanpa alamat jelas, ia berkata meminta
maaf pada ku, ia mengakui bahwa ia sudah mulai
tertarik secara seksual denganku sejak aku
bertemu lagi dengannya, ia bilang aku cantik dan
menarik, ia mengaku telah memberi obat tidur
pada teh hijau yang selalu aku minum tiap malam
agar aku teler dan tidak sadar saat ia
memperkosaku… Pantas saja! Pantas ia selalu
bermuka manis menyiapkan teh hijau tanpa
kuminta terlebih dahulu. Ternyata selama ini
anakku adalah Iblis laknat yang merusak
semuanya. Roni pun berkata pada akhir suratnya,
bahwa ia tidak lagi akan pulang ke rumah, ia malu
dan merasa bersalah.
Membaca surat itu, aku merasa benci sekali! Ya,
“Kamu bukan anakku!”, Kurobek dan kubakar
surat itu.
Sebulan kemudian, tepat saat dua minggu
sebelum suamiku pulang, aku merasa pusing dan
mual. Ya Tuhan, masa sih aku hamil!? Tidak! Ini
tidak mungkin!! Aku pun memastikan dengan
membeli dan menggunakan tes kehamilan,
berdebar-debar aku melihat hasilnya.
ASTAGHFIRULLAH! Aku positif hamil! Tidak! Aku
menggandung anak dari anakku sendiri!
Aku pun lemas dan sempat sedikit pingsan. Aku
menangis tiada henti-hentinya. Apa yang harus
kukatakan pada suamiku nanti? Apa yang akan
tetangga bilang jika tahu aku ini seorang bu Haji
yang hamil hasil hubunganku dengan anak
kandungku sendiri? Apa yang akan terjadi! Apa
lebih baik aku mati saja!! Tidak aku tidak mau mati!
Itu dosa!
Lalu, saat suamiku pulang, aku tutupi semuanya
yang telah terjadi selama tiga bulan ini. Aku pura-
pura menangis karena Roni belum pulang-pulang
sudah dua minggu. Lalu aku dan suami sempat
lapor ke polisi. Di tengah-tengah itu, aku juga
pura-pura merasa kangen dengan kedatangan
suamiku dan mengajaknya melakukan hubungan
suami istri sesering dari biasanya. Suamiku
heran, namun ia maklum, ya yang pikirnya,
biasanya aku dan dia berhubungan seminggu
sekali, ini tidak melakukannya dalam tiga bulan
lamanya. Sudah pasti wajar jika aku selalu minta
berhubungan terus.
Dua minggu setelahnya, aku mengaku hamil.
Suamiku kaget, loh, khan menggunakan
kondom? Kok bisa. Aku bilang saja, mungkin saja
jebol. Khan wajar karena kondom tidak akurat
100%. Suamiku pun mengangguk setuju. Cuma
ia hanya khawatir apakah aku tidak apa-apa umur
segini hamil lagi. Akupun meyakinkan dia tidak
apa-apa, walaupun hatiku meringis dan menangis
karena mengingat bayi ini hasil hubunganku
dengan anakku. Tidak! Anakku yang memperkosa
aku!!!
“Ma”, sapaan suamiku menyadarkan aku dari
lamunanku tentang masa lalu. Aku lihat suamiku
sudah siap berangkat ke masjid.
“Ma, aku pergi ke masjid dulu ya, mama biar jaga
si kecil yah”, pamitnya.
“Iya pa”, jawabku.
Ya, si kecil ini telah lahir ke dunia. Saat ini ia berada
di pangkuanku. Kuperhatikan wajahnya. Mirip
sekali dengan Roni, anakku… Oh bukan… Ayah
dari anakku.


Adult | GO HOME | Exit
1/4642
U-ON

inc Powered by Xtgem.com